Deforestasi Hutan, Ancaman bagi Kehidupan dan Iklim Global Semakin Nyata

Deforestasi Hutan, Ancaman bagi Kehidupan dan Iklim Global Semakin Nyata

TINDAKTEGAS.COM | PEKANBARU : Kegiatan penebangan hutan dalam skala besar atau deforestasi berdampak signifikan terhadap ekosistem, kehidupan makhluk hidup, perubahan iklim dan juga meningkatkan risiko penyebaran penyakit zoonosis ke manusia. Menurut nationalgeographic, luas hutan mencakup sekitar 30 persen daratan di seluruh dunia, namun tingkat kepunahannya saat ini semakin mengkhawatirkan.

Organisasi Pangan dan Pertanian PBB (FAO) mencatat, sejak tahun 1990, dunia telah kehilangan lebih dari 420 juta hektar atau sekitar satu miliar hektar hutan, terutama di Afrika dan Amerika Selatan. Kegiatan pertanian, penggembalaan ternak, pertambangan dan pengeboran, pembukaan lahan sawit, perluasan kota, dan juga pembangunan infrastruktur, telah menyumbang lebih dari separuh deforestasi, sementara praktik kehutanan, kebakaran hutan dan sebagian kecil urbanisasi, merupakan penyebab lainnya.

Terdapat sekitar 250 juta orang yang tinggal di kawasan hutan dan bergantung pada hutan dan sabana untuk mendukung keberlangsungan hidup dan sebagai mata pencaharian. Delapan puluh persen hewan dan tumbuhan darat di bumi hidup di hutan, sehingga penggundulan hutan tentunya mengancam spesies seperti orangutan, harimau sumatera, gajah dan banyak spesies burung.

Hutan menyimpan karbon dalam jumlah yang besar, dan jika mengalami deforestasi, berarti lahan hutan akan melepaskan emisi karbon yang besar. Hal ini membuat karbon dalam jumlah besar akan tersangkut pada atmosfer dan membuat bumi semakin panas sehingga laju perubahan iklim tidak dapat dibendung lagi.

Menebang pohon akan menghilangkan sebagian kanopi hutan, yang berarti menghalangi sinar matahari di siang hari dan menahan panas di malam hari. Gangguan ini dapat menyebabkan perubahan suhu yang lebih ekstrim, sehingga membahayakan kehidupan makhluk hidup.

Melindungi hutan dari kepunahan, berarti menyelamatkan bumi dari bencana dan krisis. Dengan hancurnya habitat liar dan semakin meluasnya kehidupan manusia, maka batas antara wilayah hewan dan manusia menjadi kabur, sehingga membuka pintu bagi penyakit zoonosis yang membahayakan. (*)

Sumber: net

Editor: bob_riau